PenCarian Blog

Photobucket

SCRIPT

⎝⋋⏝⋌⎠
CHIPOENK UCHIHA AL_MADURIY THE GREATEST BLOG

21 Maret 2011

About Madura.

Gugusan kepulauan Madura di kenal sebagai daerah dengan alam yang tandus. Wilayah Madura terdiri dari sekitar tujuh puluh pulau, daerah minus semacam ini di cap tidak mungkin memiliki kegiatan kesenian dibandingkan dengan pulau tetangganya, yaitu Jawa.
Ternyata anggapan tersebut sangat keliru, karena suku bangsa Madura memiliki kekayaan karya seni yang sangat fenomenal. Ketidak-tahuan tentang kesenian tersebut disebabkan wilayah ini hanya dianggap sebagai daerah pinggiran Jawa, baik di pandang dari sudut geografis, historis dan budaya.


Bentuk kesenian yang ada dan berkembang di masyarakat Madura berupa seni tari, seni pertunjukan, seni musik dan juga upacara-upacara ritual yang sampai saat ini masih di gelar, khususnya oleh masyarakat tradisional. Ini menandakan bahwa sebenarnya kebudayaan Madura cukup tinggi, karena sebagai makhluk sosial manusia Madura mampu menunjukkan hasil kebudayaannya, sebagai makhluk sosial manusia Madura mempunyai naluri kebudayaan yang berasal dari naluri sosial. Naluri tersebut tumbuh dari rasa rohani, rasa intelek, rasa etik dan estetik, rasa seni, rasa agama dan rasa diri.

Dari sekian banyak ragam karya sastra, salah satu peninggalan karya sastra yang cukup membanggakan adalah sastra lisan yang masih tetap bertahan sampai sekarang.. Walaupun jenis puisi lisan mulai tergerus oleh arus budaya global sehingga tidak dikenal lagi oleh masyarakatnya, namun demikian puisi lisan tersebut masih mendapat tempat di hati masyarakat, terutama masyarakat tradisional. Hal ini disebabkan puisi lisan menggunakan bahasa yang sangat sederhana, namun kaya makna. Kesederhanaan dimaksudkan anak-anak cepat menangkap makna yang tersirat dalam puisi yang dikemas dalam bentuk nyanyian dan permainan. Melalui permainan anak-anak diajak untuk mengoptimalkan kecerdasan emosional dengan tujuan untuk memanusiakan manusia. Dengan mengoptimalkan kecerdasan emosional, anak-anak diajak untuk mengasah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan koneksi.

Disamping itu bentuk permainan adalah untuk membangun solidaritas sejak dini dalam komunitas bermasyarakat agar senantiasa rukun dan guyub, disamping itu untuk mengembangkan kecerdasan emosional dengan cara bermain, dimana dalam arena permainan itu ditanamkan sikap-sikap toleran, simpati, empati, dan memahami berbagai karakter yang dimiliki oleh teman bermain. Dalam arena permainan tersebut secara tidak sadar anak-anak akan mengetahui sekaligus ber-interaksi dengan karakter yang berbeda, ada yang mempunyai sikap sabar, pemalu maupun temperamental dan sebagainya. Bercampur-baurnya berbagai karakter tersebut menyadarkan anak bahwa mereka memang tidak sama. Dengan pemahaman seperti itu maka membangun kesadaran sosial dalam masyarakat komunal ditanamkan sejak dini. Pemahaman interaksi sosial dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu lingkungan bermain teman sebaya, lingkungan keluarga, dan merambah pada lingkup yang lebih luas.

Adapun jenis permainan anak-anak yang sering dimainkan antara lain, Daddaliyan, Ker-tanoker, Lir-Saalir, Jan-Anjin, Gai Bintang, Cung Kuncung Kunce, Pa’ Kopa’ Eling, Ke’ Rangke’. Set-Seset Maloko’, Mon temon Buko, Ba-baba Bulan, Di-Dindi’ Leya’Leyo’, Lar- Olar Kolarjang, Tan-Pangantanan, Dipadhi Cemplo Lo’ling, Po’ kopo’ Ame-ame, lir Saalir, Kosoko Bibir, Aeng Lema’, Bing Ana’. Dul Kannang-Dul Kennong. Pada prinsipnya melalui lantuman dan permainan, jiwa anak-anak ditanamkan pemahaman dan penanaman nilai filosofi kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai humanis. Penanaman nilai tersebut disebabkan oleh kewajiban utama orang tua untuk memberikan pendidikan, bukan hanya mengoptimalkan kecerdasan intelektual saja, melainkan mengembangkan kecerdasan emosional serta mengasah kecerdasan spiritual kepada putra putrinya sebagai bekal hidup bermasyarakat. Berbagai disiplin ilmu ditanamkan agar kelak anak mampu berdikari dan mandiri, baik secara material, emosional, dan spiritual dalam tata pergaulan di masyarakat. Dengan demikian anak mampu memilah dan memilih serta mengamalkan ilmu yang dimiliki, dan bisa menjadi manusia yang paripurna. Untuk mencapai kesempurnaan hidup maka nilai-nilai moralitas perlu ditanamkan sejak dini. Dan penanaman itu dilakukan melalui permainan dan nyanyian.
Permainan merupakan media taman bermain yang sekaligus sebagai area pendidikan di dalam menanamkan nilai-nilai universal kehidupan. Namun sangat disayangkan, area tersebut kini secara perlahan disingkirkan dan tidak mendapat tempat dalam dunia anak-anak. Otak anak-anak masa kini hanya dioptimalkan dalam satu area saja, yaitu pengoptimalan otak kiri dan pendewaan kepada kecerdasan intelektual. Padahal Folklore yang dimiliki oleh suku bangsa Madura merupakan media pengoptimalan otak kanan (kecerdasan emosional). Menurut pakar psikologis, bahwa kecerdasan emosional (EQ) memberikan saham yang sangat besar, yaitu 80 % bagi kesuksesan hidup seseorang. Pengoptimalan EQ adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Emosi adalah bahan yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi. Emosi menyulut kreatifitas, Kolaborasi dan inisiatif. Disamping itu juga EQ sangat penting untuk ; proses penyembuhan, pemecahan masalah, kreatifitas serta menjalin dan menikmati hubungan yang bermakna.

Saat ini Kecerdasan Emosional (EQ) menjadi sebuah trend baru di negara-negara maju, padahal suku bangsa Madura telah lama memiliki warisan budaya tersebut. Warisan budaya dalam bentuk Folklore yang berisi nilai-nilai universal kehidupan, nilai-nilai kearifan yang dikemas dalam bentuk permainan dan nyanyian. Seharusnya folklore kembali dijadikan sebagai media pengoptimalan otak kanan, yang lebih berorientasi pada seni musik, seni tari, kesenian, seni rupa, fantasi, imajinasi, mimpi dan halusinasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Comentnya Yach!
Comentnya Sangat Diperlukan