PenCarian Blog

Photobucket

SCRIPT

⎝⋋⏝⋌⎠
CHIPOENK UCHIHA AL_MADURIY THE GREATEST BLOG

22 Maret 2011

Tokoh Jepang Yang Paling Sering DiJadikan Tokoh Komik & Arketipikal

Agan-agan pada tau ga kalo dalam kurun waktu hidup Musashi, hidup tokoh-tokoh lain yang juga sering dijadikan inspirasi untuk tokoh baru dalam komik.
Atau mengambil tokoh-tokoh ini sebagai arketipikal.
Ini adalah bukti bawah Jepang sangat menghormati pahlawan-pahlawannya dengan cara yang unik!

1.MIYAMOTO MUSASHI

http://www.cineasie.com/Cinema%20asiatique/Musashi/Miyamoto/Samourai1.jpg

SWORD SAINT, alias dewa pedang (samurai terhebat sepanjang masa)
Berada pada era 1580 - 1650

2.SASAKI KOJIRO


Rival Miyamoto Musashi, samurai dengan kemampuan yang tidak terlalu jauh dengan Musashi. Meninggal ditangan Musashi.
Berada pada era 1580 - 1612.


3.TOKUGAWA IEYASU 


Shogun terkenal jepang setelah Hidetoshi.
Berada pada era 1570 - 1616.

4.ODA NOBUNAGA


Pionir pemersatu Jepang.
Berada pada era 1570 - 1583.

5.HANZOU HATTORI


 
Ninja legendaries pengawal Tokugawa Ieyasu.
Berada pada era 1570 - 159.

6.SANADA YUKIMURA


 
Jenderal perang pasukan Toyotomi dalam perang Sekigahara.
Berada pada era 1570 - 161.

 7.SASUKE SARUTOBI


 
Ninja legendaries pengawal Sanada Yukimura.
Berada pada era 1570 - 1615.

8.IZUMO NO OKUNI


 
Wanita pendiri teater KABUKI.
Berada pada era 1575 - 1613
.

9.DATE MASAMUNE/BONTENMARU


 
Jenderal perang pasukan Tokugawa dalam perang Sekigahara.
Berada pada era 1570 - 163.

10.YAGYU JUBEI 


Samurai perguruan Yagyu yang legendaris merangkap polisi rahasia Tokugawa.

21 Maret 2011

Tembang Madura # 1 Pa' Kopa' Eling.

PA’ KOPA’ ELING

Pa’ kopa’ eling
elingnga sakoranji
eppa’na olle paparing
ana’ tambang tao ngaji
ngaji babana cabbi
ka’angka’na sarabi potthon
e cocco’ dhangdhang pote keba mole
e cocco’ dhangdhang celleng keba melleng

Terjemahan bebas :
Bertepuk-tepuk ingat, sadar sekeranjang
sang bapak mendapatkan anugerah
anak bodoh jadi (bisa) mengaji
mengaji di bawah cabai, suguhannya serabi gosong
di patuk elang putih di bawa pulang
di patuk elang hitam dibawa nakal


Terang bulan (purnama) merupakan waktu yang senantiasa ditunggu-tunggu, karena pada saat terang bulan tersebut bulan hanya anak-anak yang bersuka cita, tetapi juga orang tua. Biasanya pada saat terang bulan anak-anak berkumpul di halaman rumah, dan kemudian berkelompok. Biasanya yang paling disukai oleh anak-anak adalah menyanyikan lagu Pa’ Kopa’ Eling, secara bergantian mereka menyanyikan lagu ini dan disertai pula dengan tepuk tangan.

Makna yang Tersirat dalam Bait-Bait Syair
Syair-syair yang terdapat pada lantuman nada-nada di atas sangatlah sederhana, namun apabila di kaji lebih mendalam maka syair-syair tersebut mengandung makna yang demikian mendalam. Makna tersebut berisi nasehat tentang manusia dan jiwa spiritual yang harus dimilikinya.

Sebagai Khalifah di muka bumi, manusia mempunyai tugas yang sangat mulia yaitu menjadi pemimpin. Oleh sebab itu pemenuhan kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan kebutuhan material. Dengan demikian akan tercipta kehidupan yang serasi, seimbang, dan harmonis. Dengan berbekal pengetahuan agama yang kuat maka manusia tidak mudah tergoda dan terombang-ambing oleh perubahan serta dinamika perubahan jaman.
Pemenuhan kebutuhan spiritual (agama) merupakan sesuatu yang sangat signifikan. Oleh sebab itu sejak usia dini anak-anak diperkenalkan dengan nilai-nilai agama, yaitu dengan jalan melaksanakan proses pembelajaran. Sejak kecil anak-anak diwajibkan mengaji, shalat, puasa serta kewajiban-kewajiban agama lainnya. Proses pembelajaran tersebut dilakukan secara bertahap, terus menerus, dan berkesinambungan serta disesuaikan dengan usia kematangan dan pertumhuhan anak. Sebagaimana terdapat pada kalimat, //ana’ tambang tao ngaj, ngaji babana cabbi//,( //anak bodoh jadi (bisa) mengaji, mengaji di bawah cabai//)
Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, masyarakat komunal menciptakan suatu tatanan agar dalam menjalankan kebersamaan (kehidupan bersama) berjalan secara harmonis. Dan tatanan tersebut, baik yang tertulis maupun tidak tertulis secara berkesinambungan ditransferkan kepada generasi berikutnya melalui pendidikan informal dalam keluarga, lingkungan masyarakat maupun pendidikan formal di sekolah-sekolah. Hal itu termaktup dalam kalimat, “Pa’ kopa’ eling, elingnga sakoranji” // Bertepuk-tepuk ingat, sadar sekeranjang //. Kalimat tersebut mengingatkan bahwa betapa pentingnya sebuah kesadaran untuk menuntut ilmu.

Untuk mendapatkan generasi yang ber-kualitas, orang tua mempunyai tanggung jawab serta memegang peranan utama sebagai pendidik pertama sekaligus motivator bag keberhasilan pendidikan putra putrinya. Sebagaimana tertera dalam kalimat, “eppa’na olle paparing”, (bapak mendapatkan anugerah). Dan anugerah tersebut merupakan kegembiraan, kebahagiaan, dan kebanggaan bagi bapak karena sang anak telah mampu menyerap dan menguasai ilmu.

Adapun nilai etika dan moralitas yang tinggi dalam puisi di atas adalah, hendaknya ilmu yang dimiliki tidak disalahgunakan d an benar-benar diamalkan karena ilmu mempunyai dua sisi dimensi, yaitu kebaikan dan kejahatan. Ilmu akan menjadi suatu bencana apabila dipergunakan oleh orang-orang yang mempunyai moral rendah dan tidak bertanggung jawab, sebaliknya ilmu akan mendatangkan manfaat serta kemaslahatan bagi umat manusia apabila berada di tangan-tangan manusia yang mempunyai moralitas tinggi. Hal tersebut dapat disimak pada bait,“e cocco’ dhangdhang pote keba mole, e cocco’ dhangdhang celleng keba melleng” (di patuk elang putih di bawa pulang, di patuk elang hitam dibawa nakal).

About Madura.

Gugusan kepulauan Madura di kenal sebagai daerah dengan alam yang tandus. Wilayah Madura terdiri dari sekitar tujuh puluh pulau, daerah minus semacam ini di cap tidak mungkin memiliki kegiatan kesenian dibandingkan dengan pulau tetangganya, yaitu Jawa.
Ternyata anggapan tersebut sangat keliru, karena suku bangsa Madura memiliki kekayaan karya seni yang sangat fenomenal. Ketidak-tahuan tentang kesenian tersebut disebabkan wilayah ini hanya dianggap sebagai daerah pinggiran Jawa, baik di pandang dari sudut geografis, historis dan budaya.


Bentuk kesenian yang ada dan berkembang di masyarakat Madura berupa seni tari, seni pertunjukan, seni musik dan juga upacara-upacara ritual yang sampai saat ini masih di gelar, khususnya oleh masyarakat tradisional. Ini menandakan bahwa sebenarnya kebudayaan Madura cukup tinggi, karena sebagai makhluk sosial manusia Madura mampu menunjukkan hasil kebudayaannya, sebagai makhluk sosial manusia Madura mempunyai naluri kebudayaan yang berasal dari naluri sosial. Naluri tersebut tumbuh dari rasa rohani, rasa intelek, rasa etik dan estetik, rasa seni, rasa agama dan rasa diri.

Dari sekian banyak ragam karya sastra, salah satu peninggalan karya sastra yang cukup membanggakan adalah sastra lisan yang masih tetap bertahan sampai sekarang.. Walaupun jenis puisi lisan mulai tergerus oleh arus budaya global sehingga tidak dikenal lagi oleh masyarakatnya, namun demikian puisi lisan tersebut masih mendapat tempat di hati masyarakat, terutama masyarakat tradisional. Hal ini disebabkan puisi lisan menggunakan bahasa yang sangat sederhana, namun kaya makna. Kesederhanaan dimaksudkan anak-anak cepat menangkap makna yang tersirat dalam puisi yang dikemas dalam bentuk nyanyian dan permainan. Melalui permainan anak-anak diajak untuk mengoptimalkan kecerdasan emosional dengan tujuan untuk memanusiakan manusia. Dengan mengoptimalkan kecerdasan emosional, anak-anak diajak untuk mengasah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan koneksi.

Disamping itu bentuk permainan adalah untuk membangun solidaritas sejak dini dalam komunitas bermasyarakat agar senantiasa rukun dan guyub, disamping itu untuk mengembangkan kecerdasan emosional dengan cara bermain, dimana dalam arena permainan itu ditanamkan sikap-sikap toleran, simpati, empati, dan memahami berbagai karakter yang dimiliki oleh teman bermain. Dalam arena permainan tersebut secara tidak sadar anak-anak akan mengetahui sekaligus ber-interaksi dengan karakter yang berbeda, ada yang mempunyai sikap sabar, pemalu maupun temperamental dan sebagainya. Bercampur-baurnya berbagai karakter tersebut menyadarkan anak bahwa mereka memang tidak sama. Dengan pemahaman seperti itu maka membangun kesadaran sosial dalam masyarakat komunal ditanamkan sejak dini. Pemahaman interaksi sosial dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu lingkungan bermain teman sebaya, lingkungan keluarga, dan merambah pada lingkup yang lebih luas.

Adapun jenis permainan anak-anak yang sering dimainkan antara lain, Daddaliyan, Ker-tanoker, Lir-Saalir, Jan-Anjin, Gai Bintang, Cung Kuncung Kunce, Pa’ Kopa’ Eling, Ke’ Rangke’. Set-Seset Maloko’, Mon temon Buko, Ba-baba Bulan, Di-Dindi’ Leya’Leyo’, Lar- Olar Kolarjang, Tan-Pangantanan, Dipadhi Cemplo Lo’ling, Po’ kopo’ Ame-ame, lir Saalir, Kosoko Bibir, Aeng Lema’, Bing Ana’. Dul Kannang-Dul Kennong. Pada prinsipnya melalui lantuman dan permainan, jiwa anak-anak ditanamkan pemahaman dan penanaman nilai filosofi kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai humanis. Penanaman nilai tersebut disebabkan oleh kewajiban utama orang tua untuk memberikan pendidikan, bukan hanya mengoptimalkan kecerdasan intelektual saja, melainkan mengembangkan kecerdasan emosional serta mengasah kecerdasan spiritual kepada putra putrinya sebagai bekal hidup bermasyarakat. Berbagai disiplin ilmu ditanamkan agar kelak anak mampu berdikari dan mandiri, baik secara material, emosional, dan spiritual dalam tata pergaulan di masyarakat. Dengan demikian anak mampu memilah dan memilih serta mengamalkan ilmu yang dimiliki, dan bisa menjadi manusia yang paripurna. Untuk mencapai kesempurnaan hidup maka nilai-nilai moralitas perlu ditanamkan sejak dini. Dan penanaman itu dilakukan melalui permainan dan nyanyian.
Permainan merupakan media taman bermain yang sekaligus sebagai area pendidikan di dalam menanamkan nilai-nilai universal kehidupan. Namun sangat disayangkan, area tersebut kini secara perlahan disingkirkan dan tidak mendapat tempat dalam dunia anak-anak. Otak anak-anak masa kini hanya dioptimalkan dalam satu area saja, yaitu pengoptimalan otak kiri dan pendewaan kepada kecerdasan intelektual. Padahal Folklore yang dimiliki oleh suku bangsa Madura merupakan media pengoptimalan otak kanan (kecerdasan emosional). Menurut pakar psikologis, bahwa kecerdasan emosional (EQ) memberikan saham yang sangat besar, yaitu 80 % bagi kesuksesan hidup seseorang. Pengoptimalan EQ adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Emosi adalah bahan yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi. Emosi menyulut kreatifitas, Kolaborasi dan inisiatif. Disamping itu juga EQ sangat penting untuk ; proses penyembuhan, pemecahan masalah, kreatifitas serta menjalin dan menikmati hubungan yang bermakna.

Saat ini Kecerdasan Emosional (EQ) menjadi sebuah trend baru di negara-negara maju, padahal suku bangsa Madura telah lama memiliki warisan budaya tersebut. Warisan budaya dalam bentuk Folklore yang berisi nilai-nilai universal kehidupan, nilai-nilai kearifan yang dikemas dalam bentuk permainan dan nyanyian. Seharusnya folklore kembali dijadikan sebagai media pengoptimalan otak kanan, yang lebih berorientasi pada seni musik, seni tari, kesenian, seni rupa, fantasi, imajinasi, mimpi dan halusinasi.